Well Logging
Pengertian
Data Log
Log
merupakan data yang
merepresentasikan karakteristik batuan (sifat
fisika batuan) sesuai dengan fungsi kedalaman. Sifat fisika yang terdapat pada data log
diantaranya porositas, permeabilitas, resistivitas, cepat rambat gelombang, sifat radioaktif, temperature dan tekanan
formasi, tekanan
jenis
fluida dalam
formasi, lithologi, dan sebagainya.
Data log digunakan dalam evaluasi formasi yang mengandung reservoir
hidrokarbon sehingga untuk
mendapatkannya ada beberapa metode,
diantaranya :
1. Metode
kualitatif
Didasarkan pada bentuk/defleksi kurva dari log yang tergambar/terekam pada slip log yang
dipengaruhi oleh faktor litologi dan kandungan. Merupakan pengamatan secara
cepat pada lapisan formasi yang
diperkirakan produktif. Pengamatan dapat berupa identitas lapisan permeable,
ketebalan dan batas
lapisan, adanya shalines, adanya gas
/ batubara dan perbedaan antara minyak dengan air, serta sebagai dasar dalam melakukan interpretasi kuantitatif.
2. Metode
kuantitatif
Dengan
menggunakan persamaan/chart
menghitung parameter-parameter
reservoar
dari data-data logging (Rw, Rt, ρb, ρf, ρm , dan lain-lain). Metode ini meliputi analisa
porositas, tahanan jenis formasi, saturasi air, dan cadangan hidrokarbon mula mula
secara simetris.
Beberapa zona produktif dari
data log, diantaranya :
1. Zona Permeabel : “Shale
base line”disebelah kanan
menunjukkan shale
(yang
tidak permeable
dan tidak akan berproduksi), penurunan
SP kekiri
menunjukkan adanya “Clean Zones”
(sand atau
limestone)
yang mungkin bisa produktif.
2. Resistivitas : High resistivity menunjukkan HC atau
“tight
zones”atau zona-zona berporositas rendah, low resistivity menunjukkan adanya air.
3.
Porositas : menunjukkan zona-zona yang berpori-pori atau yang
“tight ”.
Macam-macam Log
Evaluasi formasi
dilakukan menggunakan tiga log yang menunjukkan sifat fisika batuan masing-masing, yaitu (Harsono, 1997):
a. Log yang menunjukkan zona
permeable.
- Spontaneous
Potential (SP)
- Gamma Ray (GR)
b. Log yang mengukur resistivitas
formasi.
- Log Induction
- Log Lateral
c. Log yang mengukur porositas formasi.
- Log Neutron
- Log Densitas
- Log Sonic
A. Log yang Menunjukkan Zona Permeable
Mencari
zona-zona permeable
adalah langkah pertama dalam
analisa
log. Shale yang tidak permeable itu
tidak
perlu dianalisa lebih lanjut. Ini dilakukan
dengan log Spontaneous Potential (SP) dan log
Gamma Ray (GR).
· Dalam soft rocks
: SP dapat membeda-bedakan
sand
dari shales lebih baik
daripada GR.
· Dalam
formasi limestone yang keras curva SP-nya bergerak
lamban. Disini
GR lebih superior untuk
membedakan carbonate
darishales.
Kedua kurva dipakai
untuk menghitung kandungan shale
suatu
zona
permeable
dalam
proses mengevaluasi “shaly formation”.
-
Spontaneous
Potential (SP)
Log SP adalah suatu rekaman selisih potential antara sebuah electrode(“fish”) yang ditempatkan di permukaan tanah dengan suatu electrode yang bergerak dalam lubang sumur.
Satuannya adalah millivolt. Dalam pengambilan data log SP menggunakan lumpur agar terdapat aliran listrik dari formasi ke alat log. Oleh karena itu, lubang sumur harus dibor dengan lumpur yang konduktif (menghantarkan arus listrik). Sebaliknya, SP tidak bias direkam dalam sumur yang
dibor dengan “oil based
mud”, karena arus tidak akan mengalir pada lumpur tersebut. Log SP pada batas antara shale dan reservoir serta kemampuan log SP menentukan
tebal reservoir (bed
definition) berubah-ubah sesuai dengan perubahan karakter formasi dan sifat-sifat
lumpur pemboran (Kurniawan,
2002)
Gambar 1. Prinsip kerja log Spontaneous
Potensial (SP).
Dalam evaluasi
formasi SP dapat digunakan sebagai
:
1. Untuk
membedakan batuan
permeable dan nonpermeable.
2. Untuk korelasi “well to
well”.
3. Sebagai reference kedalaman
untuk semua log.
4. Untuk
menentukan batas lapisan.
5. Untuk
menghitung harga Rw.
6. Sebagai clay indicator.
Penyimpangan SP disebabkan oleh
aliran arus
listrik didalam
lumpur. Penyebab utamanya adalah dari 2 kelompok tenaga elektromotive didalam formasi,
yaitu komponen elektrokimia
dan
elektrokinetik. Mereka berasal dari pemboran
lubang, yang memberikan kontak listrik kepada berbagai
jenis
cairan formasi (harsono,
1997). Empat macam
potensial
listrik, yaitu:
· Em : suatu potensial elektrokimia yang timbul pada impermeable shale
antara
bidang pertemuan
horisontal-nya dengan zonapermeable dan bidang pertemuan
vertikal-nya dengan lubang sumur.
· El : suatu potensial
electrokimia yang timbul pada perbatasan
antarainvaded
dan noninvaded zones dalam
lapisan yang permeable.
· Emc : suatu potensial electrokinetik yang timbul pada mud cake.
· Esb : suatu potensial
electrokinetik yang timbul pada lapisan shaletipis yang
berbatasan dengan lubang sumur.
Gambar 2. Aliran arus spontaneous
potential (Schlumberger,
1996).
¨ Bentuk dari
kurva
SP
Pada kasus normal dimana lumpur lebih tawar dari pada air formasi, SP
akan
menyimpang ke bagian kiri dari garis dasar serpih. Jika sebaliknya air formasi yang lebih tawar dari pada lumpur, maka SP akan menyimpang ke kanan (SP positif). SP yang
diukur hanya menunjukkan suatu bagian dari penurunan tegangan total, karena
juga terdapat
penurunan-penurunan
potensial
didalam formasi.
Jika arus
listrik
dicegah mengalir, maka akan diukur
SP statis, atau SSP. Ini dapat diamati pada
formasi bersih yang tebal. SSP diukur dari
garis
dasar
serpih.
Gambar 3. Defleksi kurva SP
Kemiringan kurva setiap kedalaman adalah sebanding dengan intensitas arus
SP dalam lumpur pada kedalaman tersebut. Intensitas dari arus listrik dalarn lumpur adalah
maksimum pada batas-batas
formasi permeabel, sehingga
kemiringan dari
kurva SP adalah maksimum
pada batas-batas tersebut. Maka pada kurva SP suatu batas
lapisan dapat dicari.
Bentuk kurva dan besarnya defleksi
SP
tergantung pada beberapa faktor :
- Rasio
dari filtrasi lumpur dengan resistivitas air,
Rmf/Rw.
- Ketebalan h dan
resistivitas
sesungguhnya Rt, dari lapisan
permeabel.
- Resistivitas Rxo, dan diameter di dari
daerah
rembesan oleh filtrasi
lumpur.
- Resistivitas Rs dari
formasi-formasi yang berdekatan.
- Resistivitas Rm dari lumpur,
dan diameter dh dari lubang bor.
-
Log Gamma Ray
(GR)
Log
Gamma Ray
adalah rekaman radioaktivitas alamiah.
Radioaktivitas alamiah
yang ada di formasi timbul dari elemen-elemen berikut
yang ada dalam batuan
(Harsono,
1997):
· Uranium (U)
· Thorium (Th)
· Potasium (K)
Ketiga elemen ini memancarkan Gamma Rays
secara terus
menerus,
yang
merupakan short bursts of high energy radiation (ledakan-ledakan radiasi berenergi tinggi). Elemen tersebut biasanya banyak dijumpai pada shale / clay,
maka, log GR
sangat berguna berguna untuk mengetahui besar / kecilnya kandungan shale dalam lapisan permeabel. Dengan menarik garis GR yang mempunyai harga maksimum dan
minimum pada suatu penampang log maka
kurva log GR yang jatuh diantara kedua garis tersebut merupakan indikasi adanya lapisan shaly.
Gambar 5. Defleksi kurva
log Gamma
Ray terhadap
Gamma rays dapat menembus
batuan sedalam beberapa inci.
Gamma rays yang
berasal
dari batuan
yang berdekatan
dengan
lubang sumur menembus
lubang sumur dan
terdeteksi oleh sensor gamma ray. Sensor ini adalah
sebuah “scintillation detector”.
Scintillation detector ini
menghasilkan sebuah pulsa elektris
tiap kali mendeteksi sebuah gamma ray. Parameter yang direkam adalah jumlah pulsa
yang direkam tiap satuan waktu oleh detektor. Log GR
diskala dalam satuan API (APIU).
Menurut Harsono (1997), beberapa kegunaan
log
Gamma Ray, diantaranya :
1. Sebagai Reference
utama bagi semua run logging.
2. Korelasi
“well to
well”.
3. Membedakan
lapisan permeabel dan impermeabel.
4. Menghitung volume clay.
A. Log yang Mengukur Resistivitas Formasi
Log resistivity merupakan log elektrik yang
digunakan untuk mengetahui
indikasi adanya zona yang mengandung air ataupun hidrokarbon,
zona permeabel dan zona berpori. Standar log resistivity seperti laterolog dan
induction log menggunakan
gelombang elektromagnetik dengan frekuensi sekitar 35 sampai 20000 Hz. Pada
reservoir, nilai konduktifitas
dipengaruhi oleh salinitas dan
distribusi dari air
formasi
yang dikontrol oleh tipe porositas dan wettability
dari formasi (Harsono,
1997).
Perbandingan
daerah yang cocok untuk pemakaian log
Induction dan Lateral
:
· Log
Induction bekerja dalam
1. Fresh
mud
2.
Resistivitas
formasi < 200 ohm-m
3.
Rmf/Rw >
2.0
· Log
Lateral
akan bekerja lebih
baik pada
1. Salt
Mud
2.
Resistivitas
formasi > 200 ohm-m
3.
Rmf/Rw < 2.0
4. Large borehole
>12 in. serta deep invasion (> 40 in.)
Dengan adanya invasi
maka industri logging telah menciptakan 3 tipe alat
Resistivitas yaitu:
1. Deep investigation.
2. Medium investigation
3. Shallow investigation.
Gambar 6. Lingkungan Pemboran
(Halliburton, 2001)
Induction Log
Alat induction menentukan resistivitas dengan cara mengukur konduktivitas batuan.
Dalam kumparan transmitter
dialirkan arus bolak balik berfrekuensi tinggi dengan amplituda konstan yang akan
menimbulkan medan magnit dalam batuan.
Medan magnet ini
menimbulkan arus Eddy atau arusFoucault yang dinamakan ground
loop. Besar arus
ini sebanding dengan
konduktivitas batuan.
Gambar 7. Prinsip kerja alat
log induksi (Schlumberger,
1996).
Alat induksi akan mengubah sinyal yang diterima ke arus DC yang
sebanding
kemudian dikirim ke komputer
dipermukaan. Kemudian komputer
menterjemahkan
sinyal DC ini ke nilai
konduktivitas
dan seterusnya diubah ke nilai resistivitas dalam Ohm.
Gambar 8.
Respon kurva log induksi
terhadap kondisi
formasi (Schlumberger, 1996).
Log Lateral (Laterolog)
Alat laterolog direkayasa untuk mengukur
resistivitas batuan
yang dibor dengan salty mud atau lumpur yang sangat konduktif serta dipakai untuk mendeteksi
zona – zona
yang mengandung HC. Prinsip
kerja alat
laterolog,sonde pada alat
resistivitas ini
memiliki elektroda penyangga (bucking
electrode) untuk memfokuskan arus survei dan memaksanya mengalir dalam arah yang tegak lurus terhadap
sonde. Arus
yang terfokuskan
ini memungkinkan
pengukuran dilakukan
pada batuan dengan arah yang lebih pasti. Ini merupakan perbaikan terhadap pengukuran yang memakai arus yang
tidak terfocus, yaitu alat ES (Electrical Survey)
yang terdahulu, dimana arus survey lebih
suka mengalir dalam lumpur karena
resistivitas lumpur yang lebih rendah dari resistivitas
batuan.
Gambar 9. Prinsip
kerja alat log lateral
(Schlumberger,
1996).
Bebarapa alat laterolog berdasarkan cakupan kedalamannya, yaitu
· Laterolog
Log Shallow (LLS) : jangkauan kedalaman
dangkal.
· Laterolog Log
Medium (LLM) : jangkauan
kedalaman
menengah.
· Laterolog Log
Deep (LLD) : jangkauan kedalaman dalam.
Microlog
Telah diketahui bahwa RXO berguna untuk koreksi pengukuran Rt. Log yang dirancang
khusus untuk menyelidiki lapisan rembesan yang
hanya beberapa inci dari
lubang bor. Jenis log RXO
adlh: PL, MLL, MSFL (Micro
Spherically
Focussed Log), dan Microlog lama. Dibawah ini adalah peninjauan kembali dari bermacam-macam kegunaan dari log RXO. Dalam hubungan
dengan log Rtmemberikan penentuan dari
:
· Hidrokarbon yang dipindahkan.
· Porositas
formasi bersih.
· Resistivitas
filtrasi lumpur Rmf
· Resistivitas
lumpur Rm.
· Ketebalan
dari kerak lumpur
hmc dan koreksi
· Log Rt terhadap
pengaruh
rembesan.
· Log porositas
tehadap pengaruh hidrokarbon
Microlog adalah alat yg paling unggul untuk penentuan lapisan permeabel dan ketebalan kerak-lumpur. Prinsip kerja alat MSFL
Serupa dengan alat mikrolog,
pengukuran terhadap MSFL
dibuat dengan sebuah bantalan elektroda khusus yang
ditekan ke dinding
lubang bor dengan bantuan sebuah kaliper. Pada bantalan tersebut dipasang suatu rangkaian bingkai-bingkai logam yang
konsentrik disebut elektroda yang mempunyai
fungsi memancarkan,
mefokuskan
dan menerima
kembali arus
listrik yang hampir sama seperti cara kerja elektroda Leterolog. Karena bantalannya
kecil dan susunan elektrodanya berdekatan, maka
hanya beberapa inci dari formasi
dekat lubang
bor yang
diselidiki. Sehingga kita akan mempunyai suatu pengukuran
dari resistivitas didaerah rembesan. Pengukuran terhadap diameter lubang secara
bersamaan oleh kaliper
yang merupakan
bagian tak terpisahkan dari
alat MSFL. MSFL merupakan alat
yang
memancarkan
arus listrik
kedalam
formasi sehingga diperlukan lumpur
konduktif. Ini tidak dapat dilakukan dalam lumpur
minyak.
Sehingga
hidrokarbon yang pindah tidak dapat ditentukan
dalam lumpur minyak
dengan alat ini.
Gambar 10.
Prinsip kerja
alat Micro Spherically Focussed
Log(Schlumberger,
1996).
A.
Log yang Mengukur Porositas
Formasi
Ada tiga jenis pengukuran porositas
yang umum digunakan di lapangan saat ini: Sonik, Densitas, dan Netron. Nama-nama
ini berhubungan dengan besaran fisika yang dipakai dimana
pengukuran itu dibuat sehingga timbulah istilah-istilah "Porositas
Sonik",
"Porositas
Densitas",
dan "Porositas Netron".
Penting
untuk disadari bahwa porositasporositas
ini bisa tidak sama antara satu dengan yang lain atau tidak bisa mewakili "Porositas Benar". Ini disebabkan karena alat-alat itu tidak membaca porositas
secara langsung. Porositas didapat dari sejumlah interaksi fisika didalam lubang bor. Hasil interaksi dideteksi dan dikirim ke permukaan barulah
porositas dijabarkan
(Harsono, 1997).
Log Neutron
Alat Neutron dipakai untuk menentukan
primary
porosity batuan, yaitu ruang
pori batuan yang
terisi air,
minyak
bumi
atau gas.
Bersama log lain misalnyalog density, dapat dipakai untuk menentukan
jenis batuan / litologi serta tipe
fluida yang
mengisi pori pori batuan.
Prinsip kerja alat log neutron yaitu fast neutrons (~ 5 mev) ditembakkan oleh
sumber ke formasi dalam segala arah. Neutrons diperlambat oleh benturan benturan
dengan inti atom/nuclei sampai mencapai thermal energy level yaitu sebesar ~0.025 ev. Pada tingkat energi ini partikel-partikel neutron
tadi diserap (absorbed) oleh inti atom. Atom hydrogen adalah elemen yang
paling
efektif dalam
memperlambat
neutron-neutron sebab mempunyai masa yang sama
dengan masa neutron. Inti-inti
atom lain yang biasa ditemui dalam elemen-elemen formasi sedimenter (Si,C,Ca dan
O2) lebih
besar massanya dari
pada
neutron. Partikel-partikel
neutrons
hanya terpantulkan oleh inti-inti tadi tanpa banyak kehilangan energi. Neutron
dicatat dalam bentuk pulsa, banyaknya pulsa yang
direkam oleh detector naik bila awan
mengembang (less hydrogen), atau turun bila awan mengkerut (more hydrogen).
Banyaknya pulsa yang
direkam oleh detektor berbanding
terbalik dengan porositas,
karena
semua hydrogen (dalam clean formations) terkandung dalam
cairan
yang mengisi pori-pori. Banyaknya pulsa
naik bila
porositas turun, atau banyaknya pulsa
turun bila porositas naik.
Gambar 11. Prinsip kerja alat Neutron (Schlumberger, 1996). Pembacaan
nilai
porositas neutron bisa sangat bervariasi tergantung pada :
· Perbedaan tipe detektor dan apa yang dideteksi
(sinar gamma dan atau
neutron
dengan energi yang berbeda).
· Jarak
antara detektor dengan sumber.
· Litologi (seperti
batupasir, batugamping dan
dolomit).
Untuk mendapatkan harga
porositas batuan digunakan gabungan antaraporositas density dan porositas neutron
( PhiD dan PhiN).
Shale mempengaruhi pembacaan log sehingga NPHI menjadi lebih besar dari
pada true porosity karena adanya air yang terikat pada permukaan shales. Batuan yang mengandung gas mengandung konsentrasi hidrogen yang lebih rendah dari pada kalau
berisi minyak atau air; akibatnya pembacaan neutron logakan lebih
kecil dari true porosity
(Harsono, 1997).
Beberapa interpretasi
terhadap respon
kurva
log neutron dan
log
density:
· Dalam
limestone tanpa shale yang
berisi
air kurva-kurva RHOB
dan
NPHI akan overlay.
· Dalam
batuan shale RHOB ada disebelah
kanan
NPHI.
· Dalam
limestone berisi gas, RHOB ada disebelah kiri dari NPHI. Separasi lebih besar
dari 6-7 p.u
· Dalam pasir tanpa shale berisi air, RHOB disebelah kiri NPHI dengan separasi 6-7
p.u
· Dalam dolomite tanpa shale berisi
air, RHOB ada disebelah
kanan NPHI.
· Dalam sandstone tanpa shale yang berisi air kurva-kurva RHOB dan NPHI
akan overlay.
· Dalam batuan
shale RHOB ada disebelah
kanan
NPHI.
· Dalam
sandstone
berisi gas,
RHOB ada disebelah kiri dari NPHI. Separasi
lebih besar dari 3 p.u.
· Dalam pasir tanpa shale berisi minyak , RHOB disebelah kiri NPHI dengan separasi
1-3 p.u.
Log Density
Alat density
mengukur berat jenis batuan yang lalu dipakai untuk menentukan
porositas batuan tadi. Bersama log lain misalnya log
neutron, lithologi batuan dan tipe fluida
yang dikandung batuan dapat ditentukan. Log density
dapat membedakan
minyak dari gas dalam ruang
poripori karena fluida fluida tadi berbeda berat jenisnya. Log density juga dipakai untuk menentukan Vclay serta untuk menghitung “reflection coefficients” bersama
log
sonic untuk memprosessynthetics seismogram.
Prinsip kerja alat density :
· Suatu sumber radioaktif Cs137 berkekuatan 1.5 curie memancarkan GR berenergi
662 kev kedalam
batuan.
· Gamma rays ini berinteraksi dengan elektron-elektron
batuan dengan
mekanisme
yang disebut Compton scattering, dimana gamma rays tadi kehilangan energinya serta tersebar
kesegala
arah.
· Proses Compton scattering menghasilkan
adanya “awan” gamma
raydisekitar source dengan
radius yang bervariasi
menurut banyaknya elektron batuan. Makin
banyak
electron batuan makin
pendek radius
awan dan akibatnya
makin sedikit gamma ray yang sampai ke
detektor (count
rates).
· Jadi
Rhoe berbanding
terbalik
terhadap count
rates
atau cps yang
diterima
oleh
detektor.
· Gamma ray terdeteksi yang sedikit jumlahnya menunjukkan adanyaelectron
density yang besar.
· Bulk density Rhob untuk kebanyakan elemen punya harga yang hampir sama besar
dengan electron density Rhoe seperti persamaan empiris sebagai
berikut :
Besar kecilnya energi yang diterima oleh detektor
tergantung dari
:
· Besarnya densitas matrik
batuan.
· Besarnya porositas
batuan.
· Besarnya densitas kandungan yang ada dalam
pori-pori
batuan.
Gambar 12. Skema alat log Density (Schlumberger, 1996).
Dalam log
densitas kurva dinyatakan dalam satuan gram/cc, dan karena energi
yang diterima detector dipenagruhi oleh matrik batuan ditambah kandungan yang ada
dalam pori-pori batuan, maka
satuan gram/cc merupakan besaran“Bulk Density” batuan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kurva “Bulk Density” adalah
:
a) Batuan
sangat
kompak
Batuan
sangat kompak
porositasnya (Phi) mendekati harga nol, sehingga per satuan
volum (cc) seluruhnya atau hampir seluruhnya terdiri dari matrik batuan.
Dengan demikian batuan mempunyai densitas paling besar, dimana Phi
= 0,
dan ini disebut densitas
Matrik (Rhoma). Setiap jenis batuan
mempunyai harga rma yang berbeda dimana (sekali lagi) Phi batuan = 0,
seperti
:
· Sandstone
------------ rma = 2,65
· Limestone ------------ rma = 2,71
· Dolomite ------------ rma = 2,8
· Shale/Clay ----------- rma =
rma bervariasi
antara 2,2 – 2,65
b) Batuan Homogen dengan
porositas tertentu, misalnya 20% :
· Mengandung air
asin
Mempunyai
densitas
lebih rendah dibanding dengan
batuan yang seluruhnya terdiri dari
matrik.
· Mengandung minyak
Densitas
batuan ialah lebih
rendah daripada berisi
air asin, sebab densitas air
asin lebih besar daripada minyak.
· Mengandung gas
Densitas
batuan lebih rendah
lagi
dibandingkan dengan yang berisi
minyak.
· Batuan
batubara (coal)
Mempunyai
densitas yang paling rendah
diantara semua jenis batuan.
Gambar 13. Respon log Density dan
log Neutron terhadap
indikasi hidrokarbon (Schlumberger, 1996).
III.3.3.3. Log Photoelectric
Alat density yang modern juga mengukur PEF (photoelectric effect)
yang berguna
untuk
menentukan
lithologi batuan, mengidentifikasi
adanya
heavy
minerals dan untuk
mengevaluasi clay.
Photoelectric absorption terjadi
bilagamma ray yang datang punya energi rendah. Gamma ray tersebut ditangkap oleh inti atom dan
sebuah elektron
dilemparkan keluar
oleh atom.
PEF = (Z/10)3.6
Dengan
: Z
= nomor atom (jumlah elektron dalam
atom)
Gambar 14. Interaksi Gamma ray (Harsono, 1997).
Gambar
15.
Spektrum
energi
untuk
terjadinya Compton scattering danPhotoelectric Absorption (Harsono, 1997).
Tiap element punya harga Z
tertentu oleh karena itu PEF dapat dipakai sebagai petunjuk tipe
batuan. Harga
PEF sedikit sekali tergantung pada
porositas batuan
seperti terlihat pada gambar III.22 berikut. PEF
juga hanya sedikit terpengaruh oleh
fluida dalam pori-pori,
tapi log PEF terpengaruh oleh kandungan barite dalam lumpur,
karena atom Barium
memiliki nomor atom yang tinggi
(Z=56).
Gambar 16. Indeks Photoelectric Absorption sebagai fungsi dari porositas dan kandungan fluida (Schlumberger,
1996).
Log Sonic
Log sonik
adalah
suatu log yang
digunakan
untuk
mendapatkan
harga porositas batuan sebagaimana seperti pada log densitas dan log neutron. Log sonik
adalah log yang menggambarkan waktu dari kecepatan suara yang
dikirim atau dipancarkan kedalam formasi yang mana pantulan suara yang
kembali akan diterima oleh receiver. Waktu yang diperlukan gelombang suara untuk sampai ke receiver
disebut dengan “ Interval
Transit Time” atau
Dt.
Besar kecilnya
harga Dt yang melalui
suatu formasi tergantung dari jenis
batuan, besarnya porositas batuan dan isi yang terkandung dalam batuan. Dengan
demikian
log sonik disamping berguna untuk
mengetahui porositas batuan,
juga
sangat berguna membantu
dalam interpretasi “Seismic Record” ,
terutama untuk maksud-maksud kalibrasi kedalaman formasi.
Alat tersusun dari satu transmitter
di bagian atas dan satu transmitterdibagian
bawah dengan masing-masing
transmitter mempunyai dau receiver.Suara dikirimkan
dari transmitter masuk
ke dalam formasi, kemudian pencatatan dilakukan pada saat
pantulan suara yang
pertama
kali
sampai ke receiver.Transmitter- transmitter mengirimkan suara secara bergantian, dan harga Dt dicatat pada pasangan-
pasangan receiver yang menerima pantulan suara secara bergantian. Harga Dt rata- rata dari
receiver-receiver ini dihitung secara otomatis oleh computer di permukaan, yang secara otomatis
memproses transit timemenjadi total travel time.
Kadang-kadang gelombang suara yang dikirimkan oleh
transmitterditerima kembali
oleh receiver terdekat cukup
kuat,
tetapi diterima oleh receiveryang lebih jauh
terlalu lemah. Hal tersebut
kemungkinan terhalang oleh
“sesuatu”, sehingga
menyebabkan harga
Dt terlalu besar. Hal ini bisa terjadi karena alat melalui formasi yang “unconsolidated” atau pasir lepas, rekahan-rekahan pada batuan, adanya gas
dalam batuan, lumpur
yang banyak
mengandung gelembung-gelembung udara
ataupun dinding lubang bor yang sangat
tidak rata pada lapisan garam.
Gambar 17. Prinsip kerja alat
log Sonic.
Umumnya kecepatan suara yang menembus formasi batuan tergantung
oleh matrik batuan (sandstone,
limestone,
atau dolomite) serta distribusi
porositasnya.
Faktor-faktor yang berpengaruh
terhadap
kurva Dt :
· Shale
Batuan shale mempunyai porositas yang besar, meski permeabilitasnya mendekati harga 0 (nol). Sehingga batuan yang mengandung shalemempunyai harga Dt yang
semakin besar.
· Kekompakan
Batuan
Kekompakan batuan akan memperkecil porositas, sehingga kurva
Dt
akan semakin rendah atau
kecil.
· Kandungan Air
Adanya kandungan air dalam batuan menyebabkan kurva
Dt cenderung mempunyai harga yang semakin besar.
· Kandungan
Minyak
· Air (terutama air asin) mempunyai sifat
penghantar
suara yang lebih
baik dibandingkan dengan minyak, sehingga
adanya
minyak dalam batuan akan berpengaruh
memperkecil
harga Dt.
· Kandungan Gas
Gas merupakan penghantar
suara yang tidak baik, sehingga
pantulan suara
akan
lambat diterima oleh
receiver. Dengan
demikian
gas berpengaruh memperkecil
harga Dt pada kurva.
Tabel 1. Nilai Delta-T
pada material di beberapa kondisi (Harsono, 1997).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar